Bukti GSVL-MOR Bangun Manado Tanpa Tinggalkan Nilai Sejarah dan Budaya

Wali Kota Manado, GS Vicky Lumentut bersama sejumlah sejarahwan dan budayawan di FGD ‘Masa Lalu Manado Masa Kini’

MANADO – Bagi orang Minahasa, budaya dan sejarah Kota Manado salah satu yang sacral. Wajah Kota Manado jadi seperti sekarang ini; pembangunan maju, perputaran ekonomi terus melonjak, tak lepas dari peran budaya dan sejarah daerah pusat ibukota Provinsi Sulut ini.

Nilai-nilai sejarah dan budaya Kota Manado inipula yang terus terbesit dalam kepemimpinan GS Vicky Lumentut dan Mor Bastiaan (GSVL-MOR) sebagai Wali Kota dan Wawali dalam upaya menggeliatkan pembangunan dan untuk kesejahteraan masyarakat Kota Manado.

Ini terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk ‘Masa Lalunya Manado Masa Kini’ yang dilaksanakan Bapelitbang di ruang Serbaguna Kantor Walikota Manado, Selasa (11/7/2017) dalam  rangka HUT Kota Manado ke-394 pada 14 Juli nanti.

Wali Kota GSVL mengaku, sekarang ini banyak sumber dan peneliti yang menjelaskan tentang sejarah dan asal-usul Kota Manado.

Sehingga, FGD yang dilaksanakan Bapelitbang tersebut, bisa menghasilkan satu kesimpulan yang dapat dijadikan acuan dan bahan referensi bagi Pemkot Manado dalam menyusun perencanaan kota dilihat dari aspek historis.

“Saya berharap melalui FGD tentang masa lalunya Manado masa kini, akan memberikan referensi dan bahan kajian bagi kami, pemerintah Kota Manado, dalam menyusun tentang sejarah dan asal usul Kota Manado,” kata Walikota terbaik se-Indonesia.

Ditambahkan GSVL, pelaksanaan FGD juga dirangkai dalam rangka HUT ke-394 Kota Manado, termasuk bertujuan menggali obyek-obyek wisata budaya masa lalu Manado.

Kepala Bapelitbang Kota Manado DR Ir Linny Tambajong MSi, mengatakan, FGD kali ini menghadirkan para pakar budaya, sejarawan maupun antropolog dan pemerhati sejarah di Kota Manado.

Diskusi itu dimoderatori budayawan Reiner Oeintoe berlangsung dalam dua panel. Panel pertama dengan judul; ‘Pengaruh Bangsa Cung Kuo terhadap Budaya Manado’, menghadirkan pembicara Drs Alex John Ulaen DEA, Prof Perry Rumengan dan Prof William Boseke.

Panel kedua berjudul; ‘Pengaruh Bangsa dan Etnik Lainnya’ dengan pembicara Prof DR Ricardo Renwarin, Ben Palar dan Joutje Koapaha, sebagai pembahas DR. Johny Tasirin.

Hadir pula para tokoh adat masyarakat yang ada di Manado, seperti Minahasa, Borgo, Bantik, Sangihe, Mongondow, Gorontalo, Arab, Tionghoa dan sebagainya.

“Mudah-mudahan apa yang kita diskusikan bersama ini, memberikan kontribusi bagi Kota Manado dimasa yang akan datang,” ujar Tambajong. (*/sten)