Clay Bagi Ilmu Servant Leadership 1543 Muda Praja IPDN

(Kepala Biro Umum dan Protokol Setda Sulut Clay J.H. Dondokambey saat bagi ilmu servant leadership pada kegiatan pembaretan dan kemah juang di Kampus IPDN Jatinangor, Jawa Barat, Rabu (11/7/2018) (foto:Ist)

MANADO– Pembaretan dan kemah juang adalah tradisi kegiatan korps praja di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Kepala Biro Umum dan Protokol Setda Provinsi Sulawesi Utara Clay J.H. Dondokambey membakar semangat 1543 muda praja IPDN Angkatan XVIII dengan memberikan ilmu servant leadership.

Hal tersebut dilakukan Clay saat memberikan ilmu servant leadership atau kepemimpinan yang melayani pada kegiatan pembaretan dan kemah juang di Kampus IPDN Jatinangor, Jawa Barat, Rabu (11/7/2018).

Para muda praja bahwa servant leadership adalah kepemimpinan yang ideal saat ini. Diketahui, pembaretan dan kemah juang adalah tradisi kegiatan korps praja yang dilaksanakan di IPDN. Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan jiwa korsa (kebersamaan), melatih mental dan kedisiplinan praja.

Clay menuturkan kepada para muda praja bahwa servant leadership adalah kepemimpinan yang ideal saat ini.

“Servant leadership merupakan suatu tipe atau model kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan atau dengan kata lain dibutuhkan oleh bangsa dewasa ini,” katanya.

Lanjutnya, para pemimpin-pelayan atau servant leader mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya. Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik dan beroperasi dengan standar moral spiritual.

Pemimpin-pelayan punya cara holistik, cara pandang secara keseluruhan dan memahami kejiwaan anggota yang dipimpinnya dan beroperasi secara moral spiritual, artinya tetap berpedoman kepada Tuhan dan sadar bahwa anggota yang dipimpinnya juga ada sesama ciptaan Tuhan.

Ia menambahkan, kepemimpinan yang melayani memiliki kelebihan karena hubungan antara pemimpin (leader) dengan pengikut (followers) berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual.

Pemimpin-pelayan mempunyai tanggung jawab untuk melayani kepentingan pengikut agar mereka menjadi lebih sejahtera, sebaliknya para pengikut memiliki komitmen penuh dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dan keberhasilan pemimpin.

Diketahui, kepemimpinan yang melayani juga dapat diterapkan pada semua bidang profesi, organisasi, lembaga, perusahaan (bisnis) dan pemerintahan karena kepelayanan bersifat universal.

Clay juga menyebutkan beberapa ciri utama kepemimpinan yang melayani yang harus melekat pada diri seorang servant leader.

“Seorang servant leader harus memiliki visi pemimpin, orientasi pada pelayanan, membangun kepengikutan (followership), membentuk tim dan bekerja dengan tim, setia pada misi, menjaga kepercayaan, mengambil keputusan, melatih dan mendidik pengganti (membentuk kader), memberi tanggung jawab, memberi teladan, menyadari pentingnya komunikasi dan kemampuan berinovasi,” ungkapnya.

Lebih jauh, Clay menerangkan bahwa dalam konteks kepemimpinan yang ideal di Indonesia, seorang pemimpin harus tetap berpedoman pada 4 pilar kebangsaan.

“Pemimpin juga harus berpedoman pada Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika,” kuncinya.

Adapun kegiatan kemah juang dan pembaretan turut dihadiri Kasubbag TUP Kristian Pongdatu, S.STP dan Reza Jonas, S.STP.

(srikandi/hm)