DARI TUNA NETRA, KORBAN BANJIR HINGGA SOPIR ANGKOT MENGADU KE DPRD MANADO

Komisi C DPRD Manado bersama Kadis Perhubungan, M. Sofyan dan Kasat Lantas Polresta Manado, Kompol Roy Tambayong menerima pengaduan puluhan sopir angkot
Komisi C DPRD Manado bersama Kadis Perhubungan, M. Sofyan dan Kasat Lantas Polresta Manado, Kompol Roy Tambayong menerima pengaduan puluhan sopir angkot

Sopir Angkot Protes Penerapan Jalur One Way

MANADO – DPRD Manado selang beberapa hari ini terus kebanjiran pengaduan masyarakat. Mulai dari kaum Tuna Netra, korban bencana banjir hingga sopir angkot.

Rabu (25/1/2017) puluhan sopir yang tergabung Asosiasi Pengusaha Angkot membawa tuntutan mereka terkait penerapan jalur angkot.

Beberapa hal yang menjadi tuntutan mereka dalam aksi damai di gedung Wakil Rakyat Tikala itu, yakni soal jalur one yang dianggap merugikan penghasilan mereka sebagai sopir angkot.

Puluhan Sopir Angkot saat menyampaikan aspirasi mereka ke DPRD Manado

Mereka meminta jalur yang dijadikan One Way dikembalikan seperti semula. Selain itu, mereka meminta pemerintah untuk menyediakan penambahan terminal dan halte.

Sebelumnya, puluhan sopir ini melakukan long march dari jalan Martadinata dengan pengawal ketat aparat kepolisian.

Di depan kendaraan pendemo, satu unit mobil Patwal dengan sejumlah aparat kepolisian berjaga agar aksi para sopir angkot ini berjalan aman.

Di DPRD Manado mereka diterima personil komisi C DPRD Manado, Kepala Dinas Perhubungan Kota Manado, M Sofyan dan Kasat Lantas Polresta Manado, Kompol Roy Tambajong.

 

Korban Bencana Banjir Minta Keadilan ke DPRD Manado

Anggota DPRD Manado, Markho Tampi dan Fanny Mantali saat menerima aspirasi korban bencana banjir

Beberapa hari kemudian, sejumlah korban bencana banjir 15 Januari 2014 silam nongol di DPRD Manado. Masyarakat yang datang berasal dari Kelurahan Ketang Baru.

Mereka mengadu kepada anggota Dewan Markho Tampil dan Fanny Mantali terkait bantuan bencana yang disalurkan pemerintah dinilai diskriminasi.

“Kami akan membawa aspirasi masyarakat korban bencana ini ke pemerintah kota. Berharap data korban penerima bencana ditelusuri kembali. Sebab ada yang berhal menerima tapi tidak dapat,” kata Tampil didampingi Mantali.

 

Puluhan Tuna Netra Curhat ke DPRD Soal Tempat Cari Nafkah

Para kaum Tuna Netra menyampaikan keluhan mereka ke DPRD Manado

Tak ubahnya puluhan kaum tuna netra yang mengadu ke lembaga wakil rakyat terhormat beberapa hari kemudian.

Mereka menuntuk kebijakan pemerintah terkait lokasi mangkal yang ditempati mereka berjualan. “Kami berharap pemerintah mengembalikan fungsi temat mangkal kami untuk berjualan,” ujar Azis, Ketua Komunitas Tuna Netra Manado.

Menurutnya, anggota asosiasi Tuna Netra Manado saat ini berjumlah 127 orang. Keseharian mereka mencari nafkah dengan berjualan di tempat-tempat tertentu.

“Biarkan kami mangkal dan berjualan dimana sudah jadi tempat kami keseharian mencari nafkah. Jangan melarang kami,” tegasnya.

Ketua Komisi D DPRD Manado, Apriano Ade Saerang bersama anggota dewan lainnya menyambut baik keluhan para tuna netra ini.

“Kami tidak melarang bapak ibu berjualan asalkan tidak menggangu ketertiban umum dan lalu lintas jalan. Silakan berjualan di trotoar tapi jangan mengganggu aktifitas pejalan kaki,” pungkas Saerang. (***)