Disbun dan Faperta Unsrat Sepakat Rancang Sistem Pengembangan Kelapa Sulut

MANADO– Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut) melalui Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi gerak cepat dengan melakukan penandatanganan kerjasama Fakultas Pertanian (Faperta) Unsrat, guna menindaklanjuti akan rapat virtual Gubernur Olly Dondokambey tentang pengembangan kelapa di Sulut.

Pihak Pemprov melalui Disbun Sulut melakukan kesepakatan melalui penandatanganan dengan pihak Unsrat

Kerjasama tersebut masing-masing ditandatangani Dekan Fakultas Pertanian Unsrat Prof Dr Robert Moleanar,MS dan Kadis Disbun Ir Refly Ngantung yang disaksikan para wakil dekan,sekertaris dinas, seluruh eselon tiga Disbun Sulut,ketua jurusan dan perwakilan dosen.

Kepala Dinas Kadis Disbun Sulut Ir Refly Ngantung menjelaskan sesuai arahan Gubernur Olly Dondokambey maka kelapa di Sulut harus maju dan dikembangkan. Makanya dilakukan kerjasama ini dengan melakukan kesepakatan membuat grand-design atau merancang sistem pengembangan kelapa Sulut kedepan.

“Kerjasama tersebut didasarkan pada kesadaran Pemprov Sulut dalam hal ini Dinas Perkebunan bahwa tanaman kelapa merupakan “tree of life” bagi rakyat sulut dan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar dalam perekonomian daerah,”jelas Ngantung yang didampingi staf eselon tiga usai penandatanganan.

Ngantung mengharapkan diharapkan outcome dari kerjasama ini dapat dijadikan pegangan dalam mengeksekusi program dan kegiatan pengembangan kelapa sulut kedepan baik oleh instansinya maupun oleh stakeholder terkait.

“Sebagai bukti keseriusan dalam mengerjakan program kerjasama ini, Dekan Faperta dalam waktu dekat akan mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan tim kerja penyusun grand-design pengembangan kelapa Sulut,”tukasnya.

Sementara, Dekan Faperta Unsrat Prof Dr Robert Molenaar mengatakan
masalah utama yang dihadapi oleh sektor perkelapaan di Sulut antara lain rendahnya nilai tambah ekonomi yang dihasilkan.

Dari produk kelapa yang disebabkan orientasi dari sebagian besar pelaku usaha masih berkutat pada produk konvensional kopra, bukan pada turunan kelapa yang memiliki nilai tambah yang lebih besar.

Program pengembangan kelapa selama ini hanya dilakukan secara parsial dan pihak-pihak yang terkait tidak terintegrasi secara baik,”jelasnya.

Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Faperta Dedie Tooy, PHd, MS selaku ahli perkelapaan di Sulut menambahkan
sudah saatnya pengembangan kelapa Sulut dirancang dalam suatu model.

“Dengan sistem yang komprehensif dan mempertimbangkan perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa depan. Serta dapat diimplementasikan di lapangan,”ujarnya.

(kan/*)