Fenomenal Prestasi Politik Hillary Lasut Mirip Cortez

Hillary Brigita Lasut

Hillary Brigita Lasut, saat menjelang pemilu sempat bikinjagad politik Sulawesi Utara gempar. Berdasarkan hasil survey Lembaga Survey Indonesia, Hillary adalah calon dengan elektabilitas tertinggi di Partai Nasdem untuk DPR RI. Bahkan, dengan kepopulerannya, di internal partai sampai mengalahkan sang Jendral yang pernah jadi calon gubernur dan anggota DPRD Provinsi Sulut yang punya modal jaringan kuat.

Alhasil, Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan hasil Pemilihan Umum, dan Partai Nasdem mengirim 2 calegnya tembus ke senayan, duduk di Kursi DPR-RI. Hasil perolehan surara, Hillary mengungguli mantan menteri di era SBY, Mantan bupati Minahasa dan 3 Petahana Anggota Legislatif DPR-RI. Hillary Brigita Lasut begitu fenomenal !.

Diusia 22 Tahun, Hillary Brigita Lasut adalah wanita termuda yang pernah terpilih untuk DPR RI mewakili Sulawesi Utara, mungkin juga termuda di Indonesia. Diketahui, Hill sapaan akrabnya, mengenyam pendidikan dibidang hukum, pendidikan politik sejak usia dini dan pengalaman kepemimpinan di kelompok sebaya.

Hill punya kapasitas dan kelayakan untuk menjadi bintang politik Indonesia. Apalagi ia merepresentasikan anak kepulauan yang selama ini terpinggirkan dari hiruk pikuk politik kaum muda. Indonesia mulai bisa menerima politik kaum muda tapi belum kaum muda yang datang dari pinggir utara Indonesia dan Hill telah memulainya.

Senyuman yang khas, semangat dan gaya muda Hillary membius pemilih Sulawesi Utara lewat ribuan baliho, interaksi di media social dan sapaan saat blusukan. Hillary adalah salah satu dari sedikit Caleg yang dalam masa kampanye mengendalikan sendiri akun media sosialnya dan berinteraksi langsung lewat media social. Ini menjadi salah satu kunci Hill meraih kemenangan.

Media social Hill juga tidak membosankan, dia tidak hanya sekedar mengekpose kehidupan politiknya tapi juga keseharian. Di media social dia juga bercerita dengan bahasa keseharian, bahasa yang dapat terima secara luas terutama oleh generasinya, sehingga pemilihnya merasa dekat dengannya.

Dari interaksi yang dipublish di Media sosialnya, Hill menunjukkan diri sebagai generasi muda yang rendah hati dan punya kepribadian yang baik. Hillary lewat media sosialnya seolah ingin menegaskan bahwa dia layak dipilih.

Dalam sebuah forum Focus Group Discuss seusai pemilihan Umum, Duta Sumolang, praktisi komunikasi politik di Kota Manado menegaskan bahwa Media social adalah salah satu kunci penting dalam kampanye kekinian. Indikatornya adalah peraihan suara fenomenal beberapa caleg yang aktif di media social, Franko Wangko, Kristo Ivan Lumentut, Cherish Harriete, Hillary Brigita Lasut adalah beberapa contohnya.

Namun, lanjutnya, momentum itu akan hilang ketika mereka tidak mampu mewacanakan kebaharuan dalam interaksinya sehingga menimbulkan kejumudan. Ketika itu terjadi para politisi muda ini akan kehilangan panggung dan kembali membebek pada gaya komunikasi politik kelompok tua dan ini adalah kemunduran.

“Kemenangan Hillary juga mengirimkan pesan ke politisi status quo untuk mulai alert terhadap para politisi muda yang memanfaatkan media sosial untuk mengorganisir basis massa,” tutur Sumolang.

Dalam forum diskusi yang sama, TD Walansendow, aktivis Advokasi dan HAM serta praktisi teknologi informasi juga ikut urun rembug, agar para politisi muda yang terpilih concern terhadap isu-isu yang selama ini jarang disuarakan. Bagi TD, Hillary punya kapasitas untuk menahkodai perjuangan kelompok perempuan dan kaum muda untuk membawa Sulawesi Utara ke arah yang lebih baik.

“Guna memastikan keberlanjutan momentum dan isu yang ingin diperjuangkan maka pengorganisasian dan manajemen wacana adalah kemutlakan. Hillary sebagai politisi muda bisa melakukannya dengan basis teknologi informasi, semisal pemamfaatan mobile aplikasi, web partisipatif, podcast dan video interaktif. Inilah yang menjadi pembeda dan membuat komunikasi politik menjadi semakin efektif,” ucap TD.

Terlihat fenomenal, Hillary bisa dikatakan serupa dengan Cortez, yang telah menjadi fenomena baru dalam jagad perpolitikan negaranya masing-masing. Keduanya punya kesamaan pada pola komunikasi yang interaktif, konfrontasi dan tidak kenal takut, gayanya yang muda, stylish dan enerjik serta kemampuannya menginspirasi orang lain untuk bertindak. (stenlywb).