Ini Penyebab Harga Ikan di Minsel Meroket

Salah satu pantai di Minsel yang kondisi laut kurang bersahabat. Foto ini diambil Karel Lakoy salah satu pemerhati lingkungan juga tokoh politik Minsel

AMURANG– Akhir-akhir ini cuaca ekstrim landa Minahasa Selatan (Minsel). Hujan disertai angin kencang membuat situasi alam kurang bersahabat dengan manusia untuk beraktivitas.

Misalnya saja, sepanjang hari ini jarum jam menujuk sekira pukul 15.40 Wita Senin (20/11/2017, hujan deras terus turun. Awal gelap masih menghiasi langit.

Sementara itu kendaraan angkutan umum yang biasanya banyak berlalu lalang mencari penumpang, kini seakan sepi.

Tak hanya itu saja situasi ekstrim di laut mengakibatkan para nelayan mengurungkan biatnya untuk melaut.

Jef dan Opo misalnya nelatan asal Minsel tepatnya di Kampung Molinow, mengaku banyak tarik jangkar.

“Mungkin juga karena pengaruh bulan. Ikan akan sulit didapat. Saat melaut sangat beruntung kalau pulang dapat ikan. Apalagi hujan, berangin seperti ini,” tutur Jeff diiayakan sejumlah nelayan lainnya.

Akibat sulit mendapat ikan di laut, harga ikan di pasaran mahal. Misalnya saja di pasar tradisional Tenga dan Amurang tadi siang, biasanya ikan jenis cakalang kecil dijual Rp20 ribu per ekor kini dijual pada kisaran Rp25 ribu per ekornya.

Bahkan ikan-ikan kecil biasanya dijual Rp20 ribu per satu piring kini dijual pada harga Rp25 ribu sampai Rp30 ribu. Itu juga para pedagang jual hanya sedikit.

Sedangkan ikan cakalang fufu gepe biasanya di jual Rp35 ribu untuk ukuran kecil kini dijual Rp40 ribu per gepe.

“Ini karena pengaruh alam jadinya harga ikan mahal,” tutur Rifka Tumewu warga Teep yang berbelanja di Pasar Amurang tadi siang (Senin-red). (Vie)