Penutupan Layanan GoLife Dinilai Ekonom Sulut Wajar

MANADO – Langkah Gojek menutup GoLife dan fokus pada core bussinessnya dinilai pengamat ekonomi Sulawesi Utara, Frederik G Worang sudah tepat. Pasalnya, jika layanan tersebut dipaksakan tetap dibuka justru berpotensi menimbulkan inefisiensi.

“Yang ditutup itu layanan yang mengharuskan pertemuan fisik seperti GoClean dan GoMassage, itu tidak akan jalan selama pandemi ini. Kalau tetap jalan akan dianggap mengabaikan upaya pencegahan COVID-19 dan terjadi inefesiensi,” kata Frederik, Kamis (25/06/2020).

Meski konsekuensinya harus mengurangi banyak sumber daya manusia (SDM), Frederik meyakini strategi bisnis yang dilakukan Gojek telah mempertimbagkan berbagai aspek, tidak hanya profit tapi juga tanggung jawab sosial.

“Dalam bisnis umumnya berprinsip bagaimana dengan input kecil menghasilkan profit semaksimal mungkin bahkan kadang mengabaikan faktor kemanusiaan. Tapi saya yakin Gojek tidak seperti itu. Gojek memulai bisnisnya dari sangat kecil dan memberdayakan orang banyak. Pasti langkah pengurangan SDM-pun sudah dipertimbangkan,” ujar Frederik.

Frederik meyakini Gojek akan tetap bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi selama pandemi COVID-19, pasalnya layanan inti Gojek selama pandemi, seperti GoSend dan GoFood justeru mengalami peningkatan. “Saya fikir mereka sudah mempertimbangkan kerugian dan profit yang akan didapat. Daripada semua terhenti, lebih baik ada yang dikorbankan. Itu normatif dan wajar,” ungkapnya.

Selain itu, Frederik meyakini perusahaan sekelas Gojek akan memberikan kompensasiya yang layak terhadap SDM yang diberhentikan agar  tetap bisa melanjutkan ekonomi setelah keluar dari perusahaan. “Saya yakin Gojek akan memperhatikan tanggungjawab sosial terhadap SDM yang diberhentikan,” tandasnya. (hcl)