Terungkap di FGD! SDM dan Komoditi Perkebunan Sulut Terus Ditingkatkan, Begini

MANADO– Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) agar pengelolaan komoditi perkebunan di Sulawesi Utara (Sulut) sangat diperluhkan agar menghasilkan produksi yang unggul dan baik.

Suasana jalannya FGD Optimisme Kebangkitan Kembali Perkebunan Sulut di Lobby Lantai I Kantor Gubernur, Jumat (15/11/2019) (foto:kandi/ML)

Hal tersebut terungkap saat Biro Protokol dan Humas Setdaprov Sulut menggelar media gathering melalui Focus Group Discussion (FGD) Optimisme Kebangkitan Kembali Perkebunan Sulut di Lobby Lantai I Kantor Gubernur, Jumat (15/11/2019) pagi.

Sebagai narasumber yaitu Kepala Dinas Perkebunan Sulut Refly Ngantung, Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Sulut Eko Adi Irianto dan Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Sulawesi Utara Dendi Handiyatmo.

“Kita optimis pasti petani tidak akan teriak. Termasuk cengkeh penting melihat kebutuhan nasional 120 ton. Sulut bisa sampai,”jelas Ngantung kepada peserta FGD diikuti kalangan wartawan tergabung dalam Jurnalis Independen Pemprov Sulut (JIPS) dan dimoderatori Kabag Humas Christian Iroth ini, serta sejumlah petani cengkeh, pala dan kelapa Sulut.

Ia pun memberikan solusi penting untuk diketahui bersama yaitu, kalau ingin hasil yang baik seumpamanya manusia pasti dirawat, dimandikan, dibersihkan lalu menunggu hasil yang baik lebih banyak.

“Kita harus cari solusi bersama saya juga apresiasi kegiatan ini dimana momen kembali berjayanya komoditi perkebunan diantaranya kelapa, cengkeh dan pala Sulut yang sejak dulu terkenal hingga luar negeri,”lanjutnya.

Ngantung yang dikenal dekat dengan wartawan JIPS tak menampik bahkwa untuk mengontrol harga kopra, pala dan cengkeh itu sangat sulit.

Namun dengan tekat bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) dibawah pimpinan Gubernur Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandouw mengungkapkan ada tiga jalan keluar yaitu meningkatkan kemampuan dan semangat kerja petani. Kedua, diversifikasi produk misalnya diversifikasi produk turunan kelapa. Ketiga, diversifikasi komoditi dengan memanfaatkan Iahan. Jika ada lahan satu hektar kita bisa tanam kelapa, cabai, jagung dan lainnya.

Belum moncernya harga kopra diakibatkan saat ini minyak nabati dunia dihasilkan dari enam komoditi. Selain kelapa dan sawit masih ada bunga matahari dan lainnya menjadi pemyebab berubahnya harga pasar minyak nabati dunia.

“Kalau dulu hanya minyak kelapa. Tapi sekarang ada komoditi lainnya. Sehingga pasar dunia tidak tergantung pada kelapa saja, Pemprov Sulut telah mengantisipasi hal ini dengan menyiapkan alat pengolahan minyak kelapa di Sulut,”terang Ngantung.

“Solusinya dengan meningkatkan konsumsi minyak kelapa dalam negeri. Selain itu, petani juga bisa mengolah kelapa menjadi VCO,” tandasnya.

Menariknya, Kadisbun Sulut menyebut kelapa, pala dan cengkeh merupakan komoditi seksi. Menurutnya, kelapa Sulut yang masih organik merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki kelapa terbaik dunia. Adapun pala Sulut yang terdapat di Siau juga sudah mendunia dan memiliki sertifikat indikasi geografis.

“Untuk cengkeh, kita sendiri punya indikasi geografis cengkeh Minahasa yang punya kadar tinggi yakni kadar eugenol pada cengkeh dibandingkan daerah yang lain di Indonesia sehingga kita punya posisi tawar yang tinggi,”kuncinya. (srikandi)