Ungkapan Perasaan Calon Paskibra Manado 2019 di Puncak Malam Perkemahan ‘Desa Bahagia’

MANADO – Sebanyak 186 Capas (Calon Paskibraka) Kota Manado tahun 2019 benar-benar digembleng tim seleksi (Timsel) terdiri dari kepolisian, TNI dan kakak Purnapaskibraka dalam perkemahan ‘Desa Bahagia’.

Perkemahan ‘Desa Bahagia’ merupakan tradisi calon Paskibraka saat seleksi awal. 186 Capas Manado 2019 melangsungkan perkemahan ‘Desa Bahagia’ di lapangan Stadion Klabat selama 3 malam sejak Rabu (20/2/2019) dan resmi ditutup, Sabtu (23/2/2019).

Dalam proses perkemahan ‘Desa Bahagia’, 186 Capas mengikuti serangkaian tes, seperti kesehatan, wawasan, fisik dan kemampuan PBB (Peraturan Baris Berbaris).

Tiga hari tiga malam dalam penggemblengan ketat membuat ratusan Capas hanyut dalam perasaan haru bercampur bangga di malam puncak perkemahan ‘Desa Bahagia’, Jumat (20/2/2019).

Nyala api unggun tepat pukul 00.00 dinihari yang merupakan tradisi hari terakhir perkemahan ‘Desa Bahagia’ menjadi saksi keluh kesah ratusan Capas selama menjalani seleksi awal.

Meski baru sampai menjalani tes, belum terpilih sampai pada tugas berat sebagai pasukan pengibar bendera merah putih HUT Kemerdekaan 17 Agustus nanti, namun malam itu seperti menyadarkan para Capas akan jiwa seorang patriotic.

Tampak, dari atas tribun stadion Klabat Manado, sekitar tenda-tenda Capas yang ditempati selama 3 hari dijejeli orang tua, keluarga dan kerabat ikut hanyut dalam suasana haru.

Beberapa lagu sejarah nasional yang dipandu kakak-kakak Purna terasa membalikan ingatan para Capas akan perjuangan dan pengorbanan mereka selama 3 hari menjalani tes.

“Puji Tuhan. Perjuangan tidak tidur siang diganti latihan dan olahraga yang keras saya bisa lewati,” ujar salah satu Capas putri.

Meski belum tahu akan lolos menjadi Calon Paskibraka inti di tanggal 17 Agustus nanti, namun  dia mengaku bersyukur masih bisa bersama teman-temas Capas lain di malam Api Unggun itu.

“Saya berpendirian. Malam itu saya harus sehat, tidak boleh sakit. Yang saya pikirkan, saya harus tetap sehat,” pungkasnya. Rasa kekeluargaan antara sesama Capas saat malam api unggun begitu kental.

“Malam Api Unggun sebuah tradisi dan menjadi hal sangat penting dalam rangkaian selama seleksi calon Paskibraka. Tujuannya membentuk jiwa nasionalisme,” kata Ai Firman Mustika, salah satu Purna Paskibraka yang ikut sebagai Timsel. ***

Penulis: antoreppy