Billy Lombok
MANADO-Cap Tikus minuman tradisional beralkohol diduga menjadi salah satu penyebab tingginya angka kriminalitas.
Wakil Ketua DPRD Sulut Billy Lombok menanggapi hal ini. Legislator Sulut dari dapil Minsel-Mitra ini menyatakan, meningkatnya angka kriminalitas karena disebabkan oleh konsumsi miras yang berlebihan itu sangat setuju.
Namun diakui Billy Lombok jika ada tudingan minuman keras (Miras) jenis Cap Tikus sebagai penyebab utama meningkatnya angka kriminalitas ini perlu ada kajian.
Lombok pun meminta Pemprov harus segera mengambil langkah cepat terkait hal ini guna menelusuri lebih dalam.
“Harus secepatnya diadakan diskusi publik dengan melibatkan para petani, akademisi serta stakeholder terkait dan melakukan penelitian yang lebih komprehensif supaya mengetahui apa yang menjadi persoalan utama dari kriminalitas. Apakah perlu pihak APH kita bekali dengan sarana dan prasarana yang lebih baik kemudian dibarengi dengan aturan aturan, agar supaya tidak boleh meminum miras dipinggir jalan. Harus diatur dimana dia bisa menikmati miras,” tegas Lombok.
Lombok pun berharap agar Cap Tikus ini dapat diberikan ruang sama seperti miras yang berasal dari luar guna menaikan derajat dari cap tikus itu sendiri.
“Dengan menaikan derajat cap tikus bukan lagi bagian dari minuman tradisional yang kena paham radikal, tapi sudah menaikan kelas cap tikus menjadi bagian dari minuman minuman berkelas. Contoh merek Royal buatan bandung, Rum buatan jawa. Kenapa sulut tidak diberikan, ruang padahal itu bagian dari sulut. Jadi itu jangan akibat dari miras merek lain kemudian langsung dijudge ini karena miras cap tikus,” ucap Lombok.
Lombok menyatakan angka kriminalitas tinggi di sulut menjadi trigger bagi pemerintah tentang miras beralkohol.
“Tentunya harus diteropong secara keseluruhan. Contoh di amerika ada JcD di tenese, boleh teman-teman cek apakah angka kriminalitas di sana tinggi yang mungkin diakibatkan oleh JcD, begitu juga Soju di Korea selatan, dan sake dari jepang,” tutupnya. (mom)
