Joni Si Pemanjat Tiang Bendera Dihadiahi Rumah, Sepeda, dan Jadi Tentara oleh Presiden

Presiden berdialog dengan Joni, siswa kelas 1 SMP Negeri Silawan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), di Istana Negara, Senin (20/8). (Foto: Humas/Jay).
Presiden berdialog dengan Joni, siswa kelas 1 SMP Negeri Silawan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), di Istana Negara, Senin (20/8).

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memenuhi permintaan Yohanes Ande Kala alias Joni, siswa kelas 1 SMP Negeri Silawan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang telah melakukan aksi heroik memanjat tiang bendera setinggi 20 meter untuk membetulkan tali bendera yang tersangkut saat upacara HUT ke-73 Kemerdekaan RI, di Belu, NTT, Jumat (17/8) lalu.

Saat bertemu dalam acara silaturahim dengan para teladan di Istana Negara, Jakarta, Senin (29/8) siang, Presiden Jokowi sempat bertanya kepada Joni minta apa saja kepada dirinya. Yang dijawab Joni, dengan kata-kata sepeda, minta bikinin rumah, dan jadi tentara. 

“Sudah itu saja. Sepeda sama rumah. Ya sudah. Nanti saya tanya lagi tambah lagi nanti kamu. Ya sudah, nanti saya titip ya, belajar yang baik. Kan juga sudah dapat beasiswa kan. Belajar yang baik, bekerja keras hingga bisa meraih cita-citamu,” kata Presiden menjawab permintaan Joni.

Saat Presiden kembali bertanya ingin jadi apa? Joni buru-buru menjawab tentara.

“Jadi tentara. Ya sudah nanti langsung daftar ke Panglima. Langsung diterima kamu. Jaga kesehatan. Kesehatan dijaga semua ya,” jawab Presiden Jokowi.

Dialog Presiden dengan Joni

Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi mengaku kaget melihat rekaman video Joni memanjat tiang bendera setinggi 20 meter. Ia meyakini, mereka yang hadir dalam acara silaturahim dengan para teladan tidak akan ada yang berani menirukan Joni memanjat tingga bendera setinggi itu.

“Jon, kamu tahu ya. Apa yang kamu lakukan menaiki tiang itu adalah bahaya loh, bahaya. Terus terang saya waktu melihat itu mikir khawatir dan cemas. Gimana, kok enggak takut menaiki yang tiangnya kecil dan katanya itu pas kamu sakit perut gitu ya. Gimana, gimana?” tanya Presiden Jokowi membuka diaog dengan Joni.

Joni menceritakan, sebenarnya dirinya sakit perut saat mengikuti upacara HUT ke-73 Kemerdekaan RI di Belu itu. Ia lantas disuruh masuk ke ruang UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), tidak diobati, namun diberi minum. Karena itu, ia lantas tidur di ruang UKS.

Saat itulah, lanjut Joni, dirinya mendengar suara Wakil Bupati Belu yang sedang memimpin upacara, menanyakan siapa yang bisa naik tiang bendera (untuk membetulkan tali yang tersangkut).

“Langsung saya bangun, lari, buka sepatu langsung manjat tiang,” kata Joni.

Presiden sempat bertanya kepada Joni yang terlihat sempat ngos-ngosan waktu memanjang separuh tiang. Namun setelah berhenti, Joni kembali melanjutkan memanjat tiang.

“Kamu sebelumnya sudah sering manjat-manjat tiang atau manjat apa gitu, manjat pohon atau?” tanya Presiden, yang dijawab langsung oleh Joni, “Manjang pinang biasa”.

Presiden Jokowi menilai aksi heroik yang dilakukan Joni adalah sesuatu yang membahayakan, dan juga harus diingatkan. Tapi Presiden menilai, itulah keberanian dan pengorbanan tanpa pamrih Joni, ingin agar merah putih terus berkibar di Kabupaten Belu.

Presiden kemudian meminta Mensesneg Pratikno, agar membawa Joni melihat-lihat Dunia Fantasi dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).