Kandouw: Warga Sulut Mari Hidup Gotong Royong

GOTONG ROYONG: Wagub Steven Kandouw saat membuka kegiatan BBGRM ke-14 di Tombatu Mitra, Selasa (16/5/2017) (foto:fensen/ML)
PEMUKULAN TETENGKOREN: Wagub Steven Kandouw dan Ketua TP-PKK Sulut Ir Rita Maya Dondokambey Tamuntuan saat membuka kegiatan BBGRM ke-14 di Tombatu Mitra, Selasa (16/5/2017) (foto:fensen/ML)

MITRA- Warga Sulawesi Utara (Sulut) didorong mengedepankan gotong royong, karena dinilai memiliki makna mendalam dari Pancasila.

Hal ini dikatakan Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw saat
menghadiri Pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke-14 tingkat Provinsi Tahun 2017, di Taman Kota Tombatu Minahasa Tenggara (Mitra), Selasa (16/5/2017).

Dari ujung Sulut Miangas sampai Pinogaluman harus mengedepakan gotong royong, itu nilai paling dalam dari Pancasila atau intisarinya ya adalah gotong royong,”jelas Kandouw mengingatkan.

Diketahui dalam kegiatan BBGRM di Mitra, turut dihadiri Ketua TP-PKK Sulut Ir Rita Dondokambey-Tamuntuan, Wakil Ketua TP PKK Sulut dr Kartika Devi Kandouw Tanos MARS, para Bupati dan Wakil Bupati Forkopimda Mitra , pejabat eselon II lingkup Pemprov, dan instansi terkait.

Lanjut Kandouw pembangunan harus dilaksanakan sampai ke polosok desa. Berkaitan dengan BBGRM kenapa dilaksanakan di Mitra, alasannya berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut beberapa tahun lalu Mitra paling banyak masyarakat miskin.

Tetapi, lanjut Kandouw 2 (dua) tahun terakhir ini indeks meningkat. Untuk itu gubernur mencanangkan Mitra sebagai Laboratorium Pembangunan, semua itu tidak lepas dari peran Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Sulut,”jelasnya.

“Saya berharap hiruk pikuk di Jakarta jangan di bawah ke daerah ini. Mari torang baku baku bae, baku-baku sayang, baku-baku kase inga mari torang jaga kerukunan kita dengan hidup bergotong royong satu dengan yang lain,”kunci Kandouw.

Sementara, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Daerah (DPM-DD) Sulut Roy Mewoh dalam laporan mengatakan maksud pelaksanan untuk mengelorakan semangat kegotongroyongan dan keswadayaan serta lebih memberikan makna dukungan keberhasilan, membentuk sosial budaya keluarga, masyarakat kondusif dalam pembangunan.

(srikandi/hm)