Launching Buku Supriyadi Pangellu, Menembus Tirai Batas

Supriyadi Pangellu saat acara launching buku Menembus Tirai Batas di Best Western Lagoon Manado. (Foto:manadoline)

Manadoline, Manado — Supriyadi Pangellu sosok anak desa dari Pulau Karakelang Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara mampu mencapai titik signifikan dalam karirnya. Demikian ulasan singkat Putra Porodisa itu dalam bukunya berjudul “Menembus Tirai Batas” yang baru saja dilaunching di Best Western Lagoon Manado, Kamis (24/09/2020).

Karya Supriyadi Pangellu dengan jumlah 104 halaman tersebut mengisahkan perjalanan hidupnya hingga kini bisa menjadi pimpinan di Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Sulawesi Utara yang ditulis oleh Reymond Kex Mudami dan Donny Lumingas.

“Saya kagum dengan Adi (sapaan akrab Supriyadi Pangellu, red), dia mampu mencapai tingkatan signifikan dalam karirnya,” kata Reymond Kex Mudami.

Reymond Kex Mudami menuturkan, dalam buku ini ada banyak testimony dari beberapa tokoh tentang sosok Supriyadi Pangellu termasuk rekam jejak mantan Ketua Panwaslu Talaud itu.

Supriyadi Pangellu dalam acara launching bukunya, sedikit mengisahkan masa kecilnya di sebelah utara Pulau Sulawesi yang membangkitkan semangatnya untuk bisa berkarya.

“Saya hanya anak dasa dari Pulau Karakelang Kabupaten Kepulauan Talaud, yang menimbah ilmu di Beo dengan harus berjalan kaki 60 kilometer untuk bisa pulang ke rumah,” ungkapnya.

Putra bungsu dari empat bersaudara dari Keluarga Pangellu-Pusut, menyebutkan bagaimana kehidupan keluarganya dimasa kemarau dengan hanya mengkonsumsi ubi merah dipadukan dengan sayur labu yang disantan.

Suami tercinta dari dokter Shelvi Poluakan itu menuturkan, saat musim kemarau tidak ada supply bahan makanan apalagi disaat kondisi laut sedang bergelora.

Aktivis GMNI yang dijuluki pria tanpan dari Tanpanamma dimasa kecilnya mengungkapkan kalau apa yang telah dia capai sampai sekarang ini dipersembahkannya untuk almarhum ayahnya.

“Almarhum ayah saya pernah berpesan kepada saya untuk menjaga kakak-kakak saya yang semuanya perempuan. Semua ini untuk ayah saya,” ungkap Adi.

Supriyadi Pangellu yang pernah menjadi hidup sebagai buruh bagasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebelumnyanya bercita-cita menjadi seorang Pendeta namun memutuskan untuk berhenti kuliah disaat sudah semester delapan. Hal tersebut dikarenakan kampus tempatnya kuliah sedang bermasalah soal status hukum, kemudian memilih melanjutkan studi di Fakultas Hukum hingga tinggat Magister.

“Dulu pernah menjadi seorang jurnalis profesional dan sebagai seorang pengacara,” tuturnya.

Menjabat pimpinan Bawaslu Sulut sebagai Koordinator Divisi Hukum, Humas, Data dan informasi, Pangellu dulunya merintis karir kepemiluan sebagai Ketua Panwaslu Kabupaten Kepulauan Talaud, dan pimpinan Bawaslu Kota Manado.

Dalam acara lounching yang ikut disaksikan rekan pimpinan Bawaslu Sulut, Awaludin Umbola, Supriyadi Pangellu ikut membagikan bukunya kepada sejumlah wartawan dan staf Bawaslu Sulut yang sudah dibubih tanta tangannya. (hcl)