Rakor Bulan BIAN di Sangihe

Manadoline.com, Tahuna- Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) sosialisasi Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), di Ruang Serbaguna Pendopo Rumah Jabatan Bupati. 

Peserta rakor diikuti Dinas Pendidikan, Dinas Pemberdayaan perempuan dan anak, Kominfo, Tokoh agama, Tokoh masyarakat  Kementerian Agama dan  TNI- Polri. 

Dalam sambutannya Sekda Sangihe Melancthon Harry Wolf mengatakan, Program Bian ini diselenggarakan secara serentak se-Indonesia dalam dua tahap. Tahap pertama di bulan Mei akan dilaksanakan di wilayah Indonesia, kecuali Jawa-Bali. Dan di bulan Agustus dilaksanakan di Jawa-Bali. 

“Ini merupakan momentum yang baik yang diselenggarakan oleh dalam koordinasi Dinas Kesehatan kiranya pelaksanaan bulan imunisasi anak ini betul-betul terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Tadi informasi yang disampaikan oleh panitia bahwa tahapan dilaksanakan imunisasi adalah anak 9 bulan sampai 12 Tahun yang kurang lebih ada 12% dari jumlah populasi yang di Kabupaten Kepulauan Sangihe, kurang lebih 17.000 sasaran yang akan dilaksanakan,” ujarnya. 

Disadari bahwa lanjut Sekda, dengan adanya pandemi COVID-19 kurang lebih dua tahun terjadi penurunan yang sangat signifikan dalam pelaksanaan imunisasi bagi anak-anak se-Indonesia.

“Di Tahun 2020 mulai adanya Covid 19 kurang lebih  sasaranya itu hanya sampai 84% dan 2021 tidak sampai 80% hanya 79%.Sehingga diharapkan lewat koordinasi rapat saat ini kita bisa mencapai target,” tegas Sekda. 

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kebupaten Kepulauan Sangihe dr Handry Pasandaran menyampaikan materi sosialisasi terkait dengan advokasi lintas sektor dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan BIAN yang akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Juli 2022.

“Selain tadi sudah disampaikan oleh Bapak Sekda dalam pengantar memang Salah satu tujuan nasional atau tujuan Global juga di dunia tahun 2023 Diharapkan seluruh dunia itu sudah eliminasi campak dan rubella ini target-target global atau target yang ditetapkan oleh WHO berarti Indonesia juga memasang target yang sama 2023,” ungkap Pasandaran. 

Ditambahkannya, terjadi penurunan cakupannya karena sumber daya dan energi lebih banyak fokus ke penanganan COVID 19 terutama 2 tahun terakhir. Kemudian di Indonesia sudah terjadi kejadian luar biasa (KLB) beberapa daerah itu sudah meningkat kasus campak dan rubella kalau di Sulawesi Utara itu di Kotamobagu. Dan di tempat lainnya terjadi di Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Cipondoh Baru, Kota Ambon, Kota Batu Bondan, Kota Sibolga dan lain-lain.

“Mayoritas Indonesia sudah resiko tinggi peningkatan kasus campak dan rubella posisi Sulawesi Utara Memang kemarin ada di Kotamobagu jadi ada satu kasus sehingga kita perlu mengantisipasi dengan dilaksanakan imunisasi anak nasional,” pungkasnya.