Setahun Covid-19, Stigma Negatif Masyarakat Terhadap RS dan Pasien Corona Masih Tinggi

Dirut RS Liun Kendaghe Tahuna dr Handry Pasandaran.

Manadoline.com, Tahuna— Sudah setahun Covid-19 melanda dunia termasuk di Indonesia. Khususnya di Kabupaten Sangihe angka pasien terkonfirmasi positif corona yang sembuh di atas 98 persen. 


Meski demikian stigma negativ dari masyarakat terhadap rumah sakit, seperti RS Liun Kendaghe Tahuna dan bagi pasien itu sendiri sangat tinggi. Dan permasalahan ini harus menjadi perhatian semua pihak.


Hal ini disampaikan Direktur Rumah Sakit Daerah (RSD) LiunkendageTahuna, dr Handri Pasandaran ME saat dikonfirmasi terkait penanganan pasien Covid-19, Rabu (03/03). 


Menurut Pasandaran, ada ketakutan tersendiri bagi masyarakat saat datang ke rumah sakit, apalagi hasil pemeriksaan di diagnosa mengarah ke Covid. Padahal persentase kematian akibat Covid masih sangat rendah.


“Jadi sepanjang Maret sampai Desember Tahun 2020  semua ditangani sesuai prosedur, kalaupun memang selama ini dianggap menjadi PR bersama, khusus rumah sakit adalah masih tingginya stigma negative yang terkesan sangat ketakutan berobat ke rumah sakit,” katanya. 


Hal yang masyarakat paling takuti menurut pengamatan kami itu misalkan berkaitan dengan masalah pemakaman pasien Covid. Sehingga ada sikap cemas bahkan bisa masuk dalam kategori paranoid yang seolah- olah ketika masuk di rumah sakit langsung akan terkonfirmasi Covid dan ketika meninggal akan dimakamkan secara Covid,” sambung Pasandaran. 


Lanjut Pasandaran, dengan penanganan yang maksimal secara bertahap pasien Covid -19 di kabupaten Sangihe cenderung menurun. Namun stigma dimasyarakat masih tinggi dan diperparah sangsi sosial yang mengasingkan pasien Covid. 


Masyarakat diajak bersama-sama mendukung upaya pemerintah memutus penyebaran Covid-19 dengan terus mematuhi protocol kesehatan dan senantiasa bergandengan tangan memberikannya support.


“Karena penularan Covid ini tidak semudah disampaikan banyak orang,dalam arti asalkan kita menaati protocol kesehatan dengan ketat. Saat kita beraktifitas di luar rumah bahkan saat kita ketemu dengan warga yang masuk kategori kontak erat resiko tinggi dengan pasien yang sementara dirawat, kita tidak perlu khawatir.


Sepanjang kita menggunakan prokes yang benar, memakai masker, menjaga jarak yang aman dan mencuci tangan atau mandi ketika pulang rumah setelah kontak dengan orang resiko tinggi,” pungkasnya.