Toleransi Umat Beragama di Manado Jadi Perhatian Pemerintah dan Jurnalis Kabupaten Bantul

Staf Ahli Pemkot Manado Heri Saptono saat bertukar cindera mata dengan Pemkab Bantul.
Staf Ahli Pemkot Manado Heri Saptono saat bertukar cindera mata dengan Pemkab Bantul.

MANADO – Pemerintah Kabupaten Bantul, Provinsi Jogjakarta bersama sejumlah jurnalis baik lokal maupun nasional berkunjung ke Manado. Salah satu motivasi kedatangannya yaitu ingin mengenal lebih dekat kehidupan masyarakat Kota Manado yang rukun meski berbeda suku, agama, ras dan antar-golongan.

Ditambah lagi, Kota Manado beberapa waktu lalu ditetapkan sebagai kota Paling Toleran di Indonesia berdasarkan penilaian Setara Institut.

Nah, kunjungan rombongan ini disambut Staf Ahli Walikota Manado bidang Ekonomi dan Pembangunan Drs Heri Saptono dan Kepala Bagian Pemerintahan dan Hubungan Masyarakat Kota Manado Steven Runtuwene SSos, di ruang Paripurna DPRD Manado, Rabu (28/2) pagi tadi.

Selaku pimpinan rombongan, Asisten Administrasi dan Kemasyarakatan Pemkab Bantul Drs Totok Sudarto MPd yang didampingi Kabag Humas dan Protokol Kabupaten Bantul Dra. Annihayah M.Eng mengatakan sangat tertarik dengan Kota Manado yang ditetapkan sebagai kota paling Toleran di Indonesia. Kedatangan ini bertujuan ingin mengetahui apa saja yang dilakukan pemerintah Kota Manado dalam menjaga dan menciptakan kerukunan di Kota Manado.

“Pemkab Bantul mengapresiasi predikat Kota Manado sebagai kota Paling Toleran di Indonesia. Pasalnya, sekarang ini ancaman disintegrasi bangsa dan intoleran masih menjadi pekerjaan rumah yang harus disikapi dengan serius,” tukas Totok Sudarto.

Foto bersama rombongan Pemkab bantul dan jurnalis bersama Pemkot Manado dan jurnalis yang meliput di Pemkot Manado.

Sementara, Staf Ahli Walikota Drs Heri Saptono, mewakili Walikota Manado DR Ir GS Vicky Lumentut SH MSi DEA, menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan Pemkot Manado dalam menciptakan kehidupan yang rukun dengan menjaga toleransi ditengah masyarakat.

“Pak Walikota Vicky Lumentut dengan jargon Manado Rumah Kita Bersama tidak pernah membeda-bedakan suku, agama, ras dan sebagainya. Sehingga, di Manado tidak ada orang Jawa, atau orang Sumatera, orang Papua dan lainnya. Yang ada adalah semua orang Manado asal Jawa, orang Manado asal Sumatera, orang Manado asal Papua dan seterusnya,” terang Saptono.

Ditambahkan, jika hari raya keagamaan para pemuda ikut menjaga tempat ibadah. Seperti, Idul Fitri pemuda-pemuda gereja menjaga pelaksanaan shalat ied, begitu juga jika hari raya Natal, pemuda remaja masjid ikut pula menjaga gereja. Hal yang sama pula dilakukan kepada umat beragama lainnya.

Terpisah, Kabag Pemerintahan dan Humas Steven Runtuwene SSos menambahkan, seperti dikatakan Walikota Vicky Lumentut, di Manado ada tiga pilar yang ikut mengawal kota ini tetap aman yakni pemerintah, rohaniawan dan pers.

“Pemerintah tugasnya membangun infrastruktur kota, rohaniawan membangun spiritual masyarakat, sedangkan rekan-rekan Pers membantu menyebarluaskan pembangunan yang dilakukan di Kota Manado agar diketahui publik,” pungkas Runtuwene.

Tampak hadir mendampingi Pemkot Manado sejumlah jurmalis yang biasa meliput di Pemkot Manado. (stenly).