Warga Tidore Pertanyakan Pelarangan Bendera Saat Pawai Malam Takbiran

Pawai Malam Takbiran beberapa tahun yang lalu. Sumber Tribun Manado.com

Tahuna- Pelarangan penggunaan atribut khususnya bendera saat Pawai Malam Takbiran, mengundang tanda tanya dari warga muslim khususnya yang akan mengikuti kegiatan itu. Warga berpendapat bahwa pelarangan ini tidak beralasan, lantaran di Kota Tahuna dari tahun ke tahun masih dikategorikan kondusif dan aman dalam kerukunan antar umat beragama.

“Pelarangan penggunaan bendera dipawai malam takbiran menurut kami tidak beralasan. Kita sama-sama tau, umat muslim di Sangihe ini sama sekali tidak terkontaminasi dengan isu-isu yang ada. Mau dijakarta ada kerusuhan, masalah HTI, terbukti sampai sekarang Kota Tahuna masih terjaga kerukunannya.”kata salah satu warga Tidore.

Hal ini pun coba diketengahi oleh salah satu tokoh muda/tokoh agama Kelurahan Tidore Ustad Rahmat Kolong. Dirinya beranggapan ini sudah merupakan keputusan bersama dan untuk kebaikan bersama pula. 

“Bendera mana dulu yang dilarang, kalau memang bendera kalimat Lailla ha illallah Muhamaddurrasulullah yang dilarang kasihan juga, sedangkan kita merayakan hari kemenangan. Tapi kalau yang dilarang itu bendera organisasi atau partai, wajar kita harus menolaknya. Tapi saya paham akan keputusan bersama ini, tentunya untuk kebaikan kita semuanya.”ujar Ustadz Amat. 

Kasat Lantas Polres Sangihe Iptu Awaludin Puhi SIK.

Secara terpisah media ini pun mengkonfirmasi Kasat Lantas Polres Sangihe Iptu Awaludin Puhi SIK diruang kerjanya, menurutnya ini merupakan keputusan bersama agar kegiatan ini tidak diprovokasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

“Jadi kesepakatan kita kemarin bukan cuma kesepakatan TNI dan Polri saja, tapi kesepakatan semua baik dari PHBI dan BTM, disepakati bahwa dalam pelaksanaan Pawai Malam Takbiran tidak diperkenankan membawa simbol-simbol atau bendera yang dapat memunculkan konflik. Dalam artian kita tidak melarang, tapi jangan sampai dipovokasi pihak yang tidak bertanggung-jawab.”kata Puhi.

Lebih jauh, dirinya pun berharap agar tujuan dari gema takbir ini dapat semaksimal mungkin teraplikasi dan hadir di pawai malam takbiran nantinya. 

“Malam takbiran ini kan tujuannya melaksanakan gema takbir. Jadi itu benar-benar keluar dari mulut kita menyampaikan takbiran maupun zikir tersebut. Fokus mengumandangkan takbir, tertib, tidak ada yang teriak-teriak, memakai baju muslim atau baju koko, dan tidak memutar lagu-lagu disko yang keluar dari konteks kita dalam pawai malam takbiran.”pungkas Puhi. (Zul)