Tahuna- Kasus Junawir Stirman yang membawa ikan hasil tangkapannya kurang lebih 6 ton yang dijual murah meriah di Pelabuhan Tua Sangihe, kembali menimbulkan polemik ditengah-tengah masyarakat khususnya para nelayan. Terlebih belakangan ini sempat muncul kasus pembelian ikan yang hanya dihargai Rp 2000/Kg oleh perusahaan pengolahan ikan di Dagho.
Tak tertampungnya berton-ton ikan Junawir ini oleh perusahaan pengolahan ikan di Dagho dan ketidaktersediaannya es disana, mengakibatkan polemik ikan murah ini harus terulang kembali. Masyarakat pun mempertanyakan kinerja dari Pemkab Sangihe sendiri melalui Dinas Kelautan dan Perikanan.
Terkait hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sangihe melalui Sekretaris DKP Marthin Pudihang mengemukakan alasan mengapa ikan Junawir tak diterima di Dagho, dia menyatakan tidak ada kontak masuk ke perusahaan penampungan ikan dari nelayan yang bersangkutan, kontak yang masuk hanya pemesanan es saja.
“Ada dua perusahaan disana Perindo dan ICS. Kemarin malam pasca ibu Kadis penanaman modal telfon ke kita, kita bel pak wahyu yang di ICS, dia bilang sudah terima 5 ton pagi menjelang siang dari nelayan Ngalipaeng. Pak wahyu bilang coba cek di perindo. Kita bel jam 8 lewat terhubung, katanya mereka proses cuma 2,5 ton. Tapi mereka bilang tidak ada kontak dari nelayan ke mereka. Yang ada hanya kontak pemesanan es.”tutur Marthin.
Ketika disinggung kenapa tak tersedia stok es disana, yang menjadi penyebab ikan dari Kapal Imkaminang dijual murah karena khawatir akan busuk. Marthin menjelaskan bahwa disana hanya ada satu pabrik es yang berproduksi.
“Ada dua pabrik es di sana, satu pabrik memproduksi 3 ton es/hari. Dan satunya lagi memproduksi 10 ton es, tapi dalam posisi rusak. Tahun depan diusulkan untuk perbaikan. Begitupun kita akan cek langsung ke sana. Agar informasinya akurat, apa sebab tidak ada es untuk Kapal Imkaminang.”pungkasnya. (Zul)
