Naikkan Nilai Tukar Petani, Ini Solusi Pemprov Sulut

MANADO– Sejumlah solusi untuk menaikan Nilai Tukar Petani (NTP) Sulut dari angka 93,85% di Bulan Mei 2019 atau menurun 0,78% dibandingkan April 2019 sebesar 94,60%.

Ilustrasi Petani di Desa, Foto : Nusantara.co

Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara Refly Ngantung belum lama ini. Secara tahun berjalan penurunan NTP mencapai 1,60%, sedangkan secara tahunan penurunan menurun sebesar 1,07%.

Diketahui, NTP yang besarannya dibawah 100 menandakan turunnya daya beli petani karena kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya.

Menurut Ngantung, turunnya NTP perkebunan disebabkan turunnya harga komoditi perkebunan di Sulut.

“Jumlah produksi juga turun karena usia tanaman yang sudah tua dan tidak intensifnya pemeliharaan tanaman. Selain itu, tingginya biaya konsumtif juga menjadi penyebab turunnya NTP,” kata Ngantung, Sabtu (22/6/2019)

Karena itu, Ngantung menyebut pemerintah akan memberikan nilai tambah bagi komoditi dan turunannya. Selain itu, pemerintah bersama stakeholder terkait mengambil langkah dengan menentukan harga wajar komoditi sehingga petani terhindar dari anjloknya harga.

Lanjut Kadisbun, Pemprov Sulut akan memberlakukan Sistem Resi Gudang (SRG) untuk menaikan NTP. Saat ini pemerintah sedang mencari bank dan badan usaha sebagai pemodal yang akan mendanai SRG.

Diketahui, jika SRG telah berjalan optimal, nantinya pada saat harga komoditi rendah petani dapat menyimpannya di resi gudang dan menjualnya pada saat harga bagus. Sementara itu resinya diuangkan ke bank untuk modal kerja atau produksi yang lain.

Nanti, katanya, pada saat harga bagus barang di gudang dapat dijual, dan hasilnya membayar pembiayaan dari bank.

Khusus komoditi cengkih, jelas Ngantung, kebutuhan nasional pertahunnya hanya 120 ribu ton, Sementara di tahun ini memasuki periode panen besar. Sepanjang tiga hingga lima tahun belakangan kira-kira 15 ribu ton cengkeh kering kebutuhan Nasional atau lebih dari 10 persen dipasok dari Sulut, sedangkan hampir semua propinsi telah tanam cengkeh.

“Di saat panen raya seperti sekarang ini para petani harus lebih menahan diri agar jangan memaksakan menjual produk,” katanya.

Terkait komoditi kelapa, Ngantung mengatakan Pemprov Sulut telah membangun 24 unit pengolah minyak kelapa di kabupaten dan kota untuk meningkatkan konsumsi dalam daerah. Ngantung berharap semua solusi tersebut mampu menaikan NTP Sulut.

(srikandi/*)