Perayaan Tulude 2021 di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sederhana Namun Penuh Hikmah

Bupati Jabes Ezar Gaghana bersama Ibu Ririswati Gaghana-Katamsi (kiri) dan Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe Helmut Hontong bersama Ibu Rachel Sasamu disambut secara adat sebelum memasuki tempat penyelenggaraan Adat Tulude.

Manadoline.com, Tahuna— Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-596 Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Upacara  Adat Tulude Minggu 31 Januari 2021, digelar secara sederhana di Papanuhung Santiago Tampungang Lawo, akibat pandemi covid-19. 


Terpantau media ini perayaan upacara Adat Tulude dihadiri kurang lebih  100 orang tamu undangan, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Serta pelaksanaan Upacara Adat Tulude tahun 2021 ini digelar dengan tiga ritual adat.


Dijelaskan Ketua Badan Adat Sangihe Olden Ambui, tiga ritual adat yang digelar yakni kakumbaede (kata-kata adat), Menahulending Mengundang Banua yang artinya mendoakan agar daerah kita jauh dari marabahaya, dan Menahulending Tembonangnge artinya mendoakan Bupati serta jajarannya agar dapat bekerja dengan baik untuk dapat melayani masyarakat dan ketiga Pemotongan Kue Adat Tamo.


“Memang perayaan tahun ini dibuat sesederhana mungkin karena situasi saat ini. Dan kesan saya sebagai ketua badan adat Sangihe, pada perayaan tulude kali ini memang sangat hikmah dan luar biasa meski tamu undangan dibatasi,” ungkap Ambui. 


Sementara itu, Bupati Kepulauan Sangihe Jabes Gaghana dalam sambutannya mengungkapkan, patut disyukuri  perayaan HUT 596 Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Upacara Adat Tulude 31 Januari 2021 dapat dilaksanakan meski ditengah pandemi Covid-19.

Diakuinya, kearifan lokal masyarakat Sangihe merupakan hasil dan bukti dari sejarah perjalanan panjang kehidupan masyarakat adat Sangihe selama 596 tahun di tahun 2021 ini.


“Di beranda terdepan NKRI bahkan hampir diseluruh daerah di Indonesia, kearifan lokal masyarakat Sangihe melalui upacara Adat Tulude masihe terus tumbuh subur dan lestari melalui perayaan upacara Adat Tulude
seperti yang kita lakukan saat ini,” ungkapnya.


Dikatakannya, pagelaran upacara adat tulude merupakan salah satu identitas dari keberagaman budaya dan wadah pemersatu bagi segenap warga nusa utara dalam melestarikan peninggalan warisan para leluhur.

Sekaligus penangkal arus modernisasi dalam menjaga khasanah kearifan lokal, budaya terus mengakar kuat dalam menghadapi arus globalisasi serta memupuk rasa kebersamaan, kekeluargaan, persaudaraan dan sebagai aset primer daerah di bidang pariwisata.


“Kita juga sebagai pelaku dalam karya pelestarian budaya daerah yang merupakan integral dari budaya nasional paling tidak dalam kehidupan sehari-hari kita mampu mengaplikasikan kebanggaan nasional seperti pembudayaan bahasa Sangihe.

Dan hal ini perlu terus kita pupuk dalam kehidupan sehari-hari agar budaya adat istiadat kita tidak tergerus arus globalisasi bahkan mampu berdiri kokoh bersanding dengan budaya lain,” pungkasnya. (Zul/Adve)