Penanganan Pasien DBD di RS Liun Kendaghe Tahuna

Direktur RS Liun Kendaghe Tahuna dr Aprikonus Loris bersama tim medis sedang melakukan pengecekan kesehatan salah satu pasien DBD.

Manadoline.com, Sangihe- Seiring tingginya intensitas curah hujan di Kabupaten Kepulauan Sangihe, kasus wabah Demam Berdarah Dengue mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Terkait hal ini Rumah Sakit Daerah (RSD) Liun Kendage Tahuna terus meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya bagi pasien demam berdarah.

Direktur RSD Liun Kendage Tahuna, dr Aprikonus Loris, Sp PD menyampaikan sejak Januari hingga Februari 2023, pihaknya telah menangani 15 kasus DBD, yakni 5 kasus orang dewasa dan 10 kasus anak-anak.Dari 10 DBD bagi anak-anak, 2 pasien meninggal dunia dan lainnya dinyatakan sembuh.

Dijelaskannya penanganan atau layanan kesehatan di Rumah Sakit bagi pasien DBD tetap mengacu standar operasional prosedur (SOP) mulai dari instalasi gawat darurat (IGD) sampai rawat inap.

“Sejak awal bulan Januari sampai Februari untuk anak-anak kita ada 10 kasus dari 10 kasus itu ada dua yang meninggal karena perjalanan penyakit kemudian untuk yang dewasa sampai saat ini ada lima dan yang dirawat tinggal satu orang,” ujarnya.

“Yang pertama untuk rumah sakit dan sifatnya meskipun kuratif ada juga untuk pencegahan, kalau kuratif semua pasiennya masuk kita terapi mulai dari UGD sampai dengan ruang rawat inap sesuai dengan SOP yang ada. Nah untuk pencegahan semua kejadian yang terjadi di sini sudah kami laporkan tentu saja ke bidang terkait baik ke medical record maupun pelayanan dan dari teman-teman di sini juga sudah melaporkan ke surveilans yang ada di dinas kesehatan,” sambung Loris.

Dirinya berharap, selain layanan kesehatan masyarakat harus proaktif melakukan pencegahan salah satunya menjaga kebersihan lingkungan di sisi lain secepat mungkin datang ke pelayanan kesehatan jika menemui gejala DBD agar segera mendapatkan penanganan.”Kasus ini sebenarnya sudah lama yang beberapa kali disampaikan yaitu kebersihan lingkungan, 3M tetap digalakan mari kita membersihkan lingkungan masing-masing dan tidak hanya di tempat di mana penderita itu sendiri, sebaiknya dalam lingkup yang lebih besar apakah itu lingkungan atau satu kampung atau desa atau kelurahan itu untuk melakukan kerja bakti tidak kejadian yang berbahaya atau kematian,” pungkasnya.