Pertajam Produksi Lana Bango, Gaghana Kunjungi Pabrik Dalkon Kalekube

Bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe Jabes Ezar Gaghana SE ME saat melakukan kunjungan Pabrik Lana Bango BUMDes Dalkon Kalekube I Tabukan Utara.

Tahuna- Tak bisa dipungkiri Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan daerah yang terbilang banyak ditumbuhi pohon kelapa. Serta sebagian besar wilayahnya di isi perkebunan kelapa. Karena hasil kelapa yang melimpah inilah, Sangihe juga terkenal sebagai salah satu penghasil kopra terbesar di Provinsi Sulawesi Utara. 

Namun, hal itu kini menjadi dilema bagi masyarakat pemilik kebun kelapa. Lantaran harga kopra beberapa tahun belakangan ini turun drastis. Dan tak mampu lagi menjadi sarana penopang perekonomian masyarakat. Harga kopra yang murah ini, membuat pemerintah daerah pun memutar otak untuk mencari cara agar menyelamatkan kehidupan warganya. Agar tak berputus-asa dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Atas dasar ingin membangkitkan kembali perekonomian masyarakat seperti semula khususnya para petani kelapa, Pemkab Sangihe melakukan beberapa inovasi mengatasi permasalahan kopra yang hampir tak ada harganya lagi ini. Tercetuslah ide memasalkan produksi Lana Bango atau jika diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah Minyak Kelapa, yang sebenarnya sudah ada diproduksi oleh masyarakat walau dalam skala kecil atau masih home industri.

Ide memasalkan produksi Lana Bango ini terus digenjot oleh pemerintah daerah dengan kunjungan Bupati Kepulauan Sangihe Jabes Ezhar Gaghana SE ME, ke salah satu pabrik Lanang Bango BUMDes Dalkon di Desa Kalekube I Kecamatan Tabukan Utara. 

Dalam kunjungan itu, bupati melihat langsung pengolahan dari kelapa hingga menjadi Lana Bango. Salah satu pekerja BUMDes Dalkon Kalekube I Samsul Bahri Ahad menceritakan kepada sejumlah wartawan tentang proses pembuatan Lana Bango. 

Pertama kelapa dikupas terlebih dahulu, lalu dibelah, di korek isi kelapanya. Proses selanjutnya masuk ditahap pemarutan yang membutuhkan waktu sedikit lama. Setelah itu kelapa yang sudah diparut tersebut di mixer untuk membagikan ampas kelapanya dan santan. Masuk ke tahap berikutnya santan diisi kedalam panci yang berukuran besar.

“Selanjutnya santan kelapa yang diisi kedalam panci tersebut, akan dimasakan, diaduk-aduk berkali-kali. Untuk pemasakanya itu membutuhkan waktu kurang lebih empat jam,” urai Ahad. 

Dia menjelaskan, dalam setiap hari kelompok BUMDes Dalkon Kampung Kalekube 1 bisa memproduksi sebanyak 600 biji kelapa. Dan membutuhkan waktu selama dua hari sampai jadi minyak kelapa. 

“Soal stok kepala kita beli dari masyarakat dengan harga Rp 2.000 per empat biji kelapa. Untuk 1 botol lana bango itu ukurannya enam biji kelapa. Bila dijual harganya Rp. 10.000 per botol,” jelasnya.

Sementara itu Bupati Kepulauan Sangihe Jabes Ezar Gaghana ketika dikonfirmasi pada saat pantauan produkai lana bango mengatakan, interfensi dari Pemerintah untuk merangsang masyarakat membeli produk lokal Sangihe, beberapa waktu lalu sudah melauncing produk lana bango. 

“Ini merupakan alternatif untuk mengatasi harga kopra yang saat ini sedang anjlok. Alternatif itu dijadikan sebuah proses yang harus didukung oleh semua pihak. Sehingga  produksi yang dilaksanakan oleh kelompok Bumdes ini yakni lana bango, agar masyarakat Sangihe dapat membeli hasil produksinya,” ungkap Gaghana.

Bupati menambahakan, dirinya sudah mengintruksikan agar seluruh jajaran ASN Pemkab Sangihe harus membeli dan menggunkan lana bango.

“Dijajaran Pemkab saya juga sudah menginstruksikan seluruh ASN, harus menggunakan lana bango tidak lagi menggunakan minyak pabrik.” tuturnya. 

Dirinya pun menambahkan di Sangihe sendiri sudah hampir menyeluruh di setiap kampung memproduksi lana bango. Walaupun kelasnya masih home industri. 

“Inikan proses pakai mesinkan mulai dari cukur sampai pemerasan kelapa. Tapi untuk proses pemanasannya sama. Tempat lain juga sama, cuma ini di sini (Kalakube I) ada tempatnya khusus. Kalau ditempat lain dirumah-rumah. Sudah banyak kampung yang memproduksi, kalau pabriknya ya cuma di sini. 

Ketika disinggung tentang apakah ada upaya-upaya lain dari Pemkab untuk mengatasi harga kopra yang anjlok ini, Gaghana menegaskan saat ini pihak pemerintah sudah ada rencana lain diluar lana bango. 

“Selain lana bango, ada arang tempurung dan itu lebih mahal. Yang belum tersentuh sabuk kelapa, ini sebenarnya dalam waktu dekat sudah ada produksi. Kalau tepung kelapa juga nanti ada alternatif, ampasnya ini kan setelah dicukur dan diperas bisa dijadikan tepung kelapa. Tapi ini yang belum ada diajarkan, mudah-mudahan ada di Go Class mulai tanggal 7-15 ada di Tahuna bisa mengajar ampas kelapa ini jadi tepung kelapa.”pungkasnya. (Zul)