Waspada Bencana Susulan di Minsel

AMURANG– Tingkat curah hujan di Minahasa Selatan (Minsel) masih tinggi. Dampak banjir dan longsor semakin meluas. Bupati Christiany Eugenia Paruntu terus mengeluarkan himbauan supaya masyarakat harus tetap waspada dengan bencana alam.

JALAN TRANS SULAWESI: longsor berat terjadi di Desa Blongko Kecamatan Sinonsayang dan Desa Sapa Kecamatan Tenga Peristiwa longsor besar tersebut terjadi pada Sabtu (10/2/2018)

“Harus diwaspadai akan terjadinya banjir susulan,” ujar Paruntu, Senin (22/2/2018).

Dikatakannya, semua lintas sektor harus saling melakukan koordinasi. Sebab koordinasi ini sangat penting. Mengingat ada banyak titik yang terjadi musibah.

Sementara itu, sejumlah titik  banjir yang melanda beberapa Desa cukup memprihatinkan. Misalnya saja di Desa Durian Kecamatan Sinonsyaang dilaporkan ada sekitar 25 rumah terkena banjir. Belun lagi di Desa Kapitu Kecamatan Amurang Barat bahkan ada lagi banjir melansa Kelurahan Ranoiapo Amurang.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Minsel Herry Runtuwene mengatakan, selain banjir ada juga tanah longsor. Dan selama musim hujan ini ada sekitar di 10 desa di Minsel, memaksa warga harus mengungsi.

Lebih parah musibah longsor yang terjadi di ruas jalan Trans Sulawesi tepatnya antara Desa Blongko Kecamatan Sinonsayang dan Desa Sapa Kecamatan Tenga. Di lokasi tersebut julur lalu lintas sempat mati total.

Namun juga sempat beroperasi sehari. Hanya saja pasa Senin (12/2/2018) sempat terjadi longsor susulan. Namun kondisi tersebut langsung diantisipasi oleh pihak pemerintah, Polisi dan TNI.

Makanya mengantisipasi kondisi di lapangan, Runtuwene mengaku pihaknya telah membagi tim melakukan evakuasi di lokasi bencana.
Untung saja lanjutnya, dari peristiwa banjir dan tanah longsor tidak ada korban jiwa.

Lebih jauh dari itu dikatakan, BPBD telah menerima lamporan, ada 10 wilayah terdampak bencana. Diantaranya, kebakaran dan tanah longsor di Desa Wakan, Wuwuk, Suluun, Tareran, Tewasen, Elusan dan Motoling dan banjir bandang di Desa Durian, Blongko. Namun bencana sendiri turut menerjang Amurang. Seperti di Kelurahan Ranoiapo dan Uwuran Satu, Kecamatan Amurang. Sejumlah pemukiman warga terendam. Genangan air mencapai ketinggian 50 centimeter.

Begitupun di jalan Trans Sulawesi tepatnya di kelurahan Bitung depan SMA 1 Amurang. Sejak malam air belum juga surut.

“Kurang lebih 30 rumah warga rusak parah akibat bencana tersebut di semua wilayah Minsel,” terangnya.

Ditambahkan Kabid Logistik dan Kedaruratan Adry Repi, tanah longsor terjadi di Desa Blongko sekitar 200 meter air dan lumpur kemudian pohon kelapa dan lainnya meluap ke Jalur Trans Sulawesi.

Tak hanya itu saja, luapan sungai Poigar juga meluap ke pemukiman warg di Desa Poigar. Akibarnya, salah satu sekolah terkena banjir. “Ini dampak dari air bantaran sungai yang meluap,” bebernya.

Hukum Tua Suluun Alfian Sangari menceritakan, peristiwa yang terjadi di wilayahnya itu diakibatkan hujan terus menerus. Sehingga tanggul penahan tanah yang ada di kantor Camat Sulta ambruk menutupi rumah salah seorang warga. Kini, rumah tersebut tak dapat ditinggali untuk sementara. (Vivi)