Inspirasi Roy Firmansyah dan Bisnis Street Cafe Biji Itang

Roy bersama istri dengan usaha street cafe biji itang.(foto:hcl)

MANADO – Roy Firmansyah warga Kelurahan Komo Dalam Kecamatan Wenang Kota Manado memilih hidup mandiri dengan menjadi wirausahawan di masa pandemi Covid-19, apalah setelah dirinya harus menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahan tempat dirinya bekerja.

Bermodalkan motor vespa tua dan uang simpanan, Roy bertekad membangkitkan kehidupan ekonomi keluarga dengan berbisnis. Menjual kopi jalanan menjadi pilihan, karena dinilainya mudah dan tidak membutuhkan modal besar.

Berbisnis jualan kopi jalanan, sudah dilakoni Roy bersama sang istri Novita Hasan di taman God Bless Park Manado jalan Piere Tendean Kelurahan Sario Utara Kecamatan Sario, tapi kemudian bisnisnya pindah di kompleks tempat tinggalnya di Kelurahan Komo Dalam Kecamatan Wenang jalan masuk menuju Masjid Nurullah.

Ditemui wartawan, Roy mengaku bisnis kopi jalanan dengan modal motor vespa yang sudah dimodifikasi menyerupai kedai kopi dan dilengkapi dengan peralatan seadanya, sangat diminati warga.

“Ini namanya biji itang street cafe. Kenapa street cafe namanya bisnisnya di jalan pakai motor vespa dan saya pencinta skuter vespa, ada komunitasnya,” kata Roy sambil terus meracik kopi pesanan pelanggannya.

Sebelum menjalani street cafe di taman God Bless Park, bisnis jualan kopi ini pertama kali sudah dilakukannya sejak tahun 2018 di Ternate, kemudian atas permintaan istri pulang dan melanjutkannya di Manado.

Menurutnya, saat kembali ke Manado dirinya berusaha mencari tempat untuk disewa, tapi karena biaya sewanya sangat mahal dan terbentur modal, terpaksa melakoni bisnis dengan motor vespa di jalanan menjadi pilihan, meski harus terus berpindah tempat karena sering diusir Satpol PP.

Biji itang street cafe jual bermacam-macam kopi, minuman dingin dan makanan ringan snack, seperti roti bakar, pisang gorang, burger hotdog, siomay dan bakso pentol. Biasanya, Roy Firmansyah yang buat minuman dan istrinya Novita yang mengolah makanan ringan, tapi terkadang minuman dan makanan ringan dibuat secara bersama-sama.

“Kopi yang paling diminati pelanggan, kopi susu gula aren. Kalu makanan ringan itu roti bakar pake gula aren juga. Kenapa pake gula aren karena pelanggan suka dan sampai sekarang pakai gula aren atau gula semut,” jelasnya.

Pendapatan Roy dan istrinya berwirausaha street cafe bisa mencapai Rp 150.000 sampai Rp 200.000 perhari. Meski berbeda waktu sebelum wabah virus corona menyerang daerah Sulawesi Utara, warga Kelurahan Komo Dalam tersebut mengaku hasil yang didapat cukup untuk kebutuhan makan keluarganya bersama dengan tiga orang anaknya.

Dia menuturkan, sekarang ini usahanya yang sedang digelutinya terbentur karena kondisi pandemi Covid-19. Dirinya berkeinginan mengembangkan usahanya yang lebih besar tapi terkendala modal, apalagi hanya mengandalkan motor vespa dan sejumlah peralatan cafe seadanya.

“Harga minuman yang saya jual bervariasi, ada yang Rp 8.000 sampai Rp 15.000. Snack makanan ringan roti Rp 8.000 dan pisang satu porsi Rp 10.000,” jelasnya.

Roy menyebutkan dirinya tidak mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku karena sebagian ada di supermarket. Sementara bahan baku kopi dia menggunakan produksi lokal karena harganya murah dan untuk gula aren dipesan langsung dari Kota Tomohon.

“Alhamdulillah, pendapatan per hari Rp 150.000 sampai Rp 200.000, itu cukup untuk makan,” tandasnya. (hcl)