Dua Pasantren di Manado Ditunjuk BI Kembangkan Ekonomi Syariah

MANADO – Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Utara menunjuk dua pondok pesantren Assalam dan Darul Istiqomah untuk mengembangkan program kemandirian wirausaha berbasis ekonomi syariah.

Kepala BI Sulut Soekowardojo mengatakan program ekonomi syariah bekerjasama dengan pesantren ini baru pertama kali diselenggarakan di Sulawesi Utara.

Dari 19 pondok pesantren yang tersebar di bumi Nyiur Melambai, terpilih dua pondok pesantren yang berlokasi di Manado tersebut. Keduanya ditunjuk karena sudah memiliki embrio wirausaha berupa usaha konveksi dan laundry yang dikelola oleh santri.

“Program ekonomi syariah baru tahun ini, kita gabung dengan kantor pusat. Kita survei dulu untuk menunjuk dua pondok pesantren ini,” katanya disela-sela penandatanganan kerjasama program kemandirian pondok pesantren di kantor BI Sulut, Selasa (21/11/2017).

Dijelaskan Soeko, program ini berupa penyaluran bantuan peralatan senilai masing-masing Rp30 juta. BI juga akan memberikan pelatihan serta pendampingan untuk mengembangkan unit usaha tersebut agar bisa terus berkembang.

Kerjasama ini akan dipantau secara intensif perkembangannya selama dua tahun. BI akan mengevaluasi dan mendukung secara berkelanjutan apabila usahanya terus berkembang sampai dengan akses pembiayaan atau kredit dari perbankan.

“Program ini kan stimulus, kalau berkembang kita lihat apa yang akan kita support selanjutnya. Intinya dalam dua tahun kita pantau, kita sodorkan ke perbankan,” ujar Soeko seperti dilansir bisnis.com.

Pimpinan pondok pesantren Assalam Ustadz Junaidi mengatakan usaha konveksi dikelola oleh 10 santri dan sudah berjalan lima tahun. Dengan modal awal dari pesantren Rp10 juta, kini usahanya terus berkembang memproduksi pakaian terutama seragam.

“Kita jual produk seragam misalnya ke santri sendiri. Pondok pesantren Assalam memiliki 300 santri,” kata Junaidi.

Berdasarkan data Kementerian Agama, jumlah pesantren tahun 2005 mencapai 14.798 dengan jumlah santri 3.464.334. Pada tahun 2013 meningkat tajam menjadi 29.535 pesantren dengan jumlah santri 3.876.696.

Soekowardojo menambahkan berdasarkan data tersebut, pondok pesantren diyakini memiliki potensi besar untuk berkembang, bukan hanya terbatas pada pengembangan aspek pendidikan, kegamaan dan sosial, tetapi juga aspek lainnya terutama ekonomi.

“Pesantren memliki potensi untuk pemberdayaan di lingkungan pesantren maupun masyarakat sekitar,” imbuhnya. (anto/*)